Thursday, 31 December 2009

[FanFic] REPLACE, Chapter 1/3

Author : Azalia Rizqya aka Kim Eun Hye aka Riris
Title : Replace
Genre : Romantic
Type : Continue
Character : Soo Hye (main character), Eun Hyuk

CHAPTER 1


Aku membaca ulang lagi sebuah pesan yang baru saja masuk ke handphoneku. Ku membacanya berulang-ulang, hingga aku yakin ini bukanlah mimpi. “ Maafkan aku Soo Hye, aku tak bermaksud meninggalkanmu. Tapi, inilah keputusanku. Aku akan pergi jauh dari hidupmu. Mianhae “. Air mataku menitik jatuh perlahan dari mataku. Gelap. Semuanya hanya gelap. Sepi. Semuanya berubah sepi. Sudah bertahun-tahun aku menunggunya, memendam perasaanku yang dalam untuknya. Kini, dia pergi begitu saja. Bahkan tanpa mengucapkan salam terakhirnya untukku. Hatiku panas. Hatiku sakit, sangat sakit. Aku sadar dia tak tergantikan. Mengunci hatiku untuk siapapun, jalan yang tepat untukku.

Aku berjalan lemah di tengah dinginnya salju di sekitarku. Sepatuku melangkah pelan. Meninggalkan jejak kakiku di atas permukaan salju yang berkilauan. Kini sudah tak ada lagi arti hidupku. Aku hanya seorang wanita yang kesepian. Setelah ia pergi, meninggalkan aku disini sendiri. Tak ada lagi yang mampu membuatku tertawa. Tak ada lagi yang mampu menghapus air mataku. Tak ada lagi. Hidupku hanya penuh dengan kesuraman dan kesedihan saja. Aku tak yakin, ia dapat terganti. Aku tak yakin, ia dapat menghilang. Terutama dari hidupku. Aku sama sekali tak melihat ke depan , terlalu sibuk dengan diriku yang nyaris runtuh ini. Terlalu sibuk untuk menata hatiku kembali. Hati yang nyaris hancur berkeping-keping. Langkahku melemah. Tanpa sadar.. aku menginjak bagian yang licin dari trotoar. Kakiku terpeleset, dan keseimbanganku tak terkontrol. “ Aaaa……. “. Hup . Seseorang sontak menangkapku, menahan tubuhku agar tak terjatuh ke dalam salju yang dingin. Aku melongo seketika itu juga. Mendapati seorang pria yang membantuku. “ Kau tidak apa-apa ? “. Tanya orang itu, sambil membantuku berdiri. Aku meringis, merasa lumayan sakit di bagian kakiku. “ Aku tidak apa-apa, Kamsahamnida “. Ujarku, begitu aku bisa berdiri mantap. Aku sedikit tersenyum, agar tak terlihat seperti orang yang sedang gundah. Aku menatap orang itu dalam-dalam. Ia seorang laki-laki yang cukup tampan, pikirku. Ia tersenyum padaku. “ Boleh ku tahu namamu ? “. Katanya lembut, sambil mengulurkan tangannya. Aku terpaksa tersenyum kembali. “ Soo Hye, Kim Soo Hye “. Aku menyambut uluran tangannya. “ Aku Eun Hyuk “. Jawabnya singkat. Aku tak merespon. “ Soo Hye-ssi, kuperhatikan dari tadi kau sama sekali tak memperhatikan jalan, sebenarnya ada apa denganmu ? “. Oh.. jadi dia memperhatikanku dari tadi. Pantas saja, ia dapat menolongku. Aku merasa enggan untuk mengobrol lebih jauh. Tapi.. aku merasa, aku harus menghargainya. “ Tidak, aku tidak apa-apa. Hanya saja ada masalah pribadi yang mengganggu pikiranku “. Jawabku sekenanya. Aku tak suka urusan pribadiku di campuri orang lain. Aku juga merasa orang ini merasa sok dekat denganku. “ Lain kali, kau harus hati-hati “. Nasihatnya padaku. Aku hanya tersenyum tanpa menjawab. Hh.. hatiku masih pedih. Tak bisa kugambarkan lagi dengan kata-kata. Teriris-iris sakit. Entah kenapa, air mataku menitik pelan dari sudut mataku. Aku menghapusnya, tak ingin orang lain melihat. Tapi sayang, emosiku sudah penuh. Tumpah, bahkan meluber. Aku terisak sambil tetap berdiri. “ Soo Hye-ssi, kau kenapa ? mengapa menangis ? “. Eun Hyuk mendekatiku, berusaha menyentuhku. Aku tak sanggup menghindar. “ Kau kenapa ? “. Tanya Eun Hyuk, mencoba ingin tahu. Aku tak merespon apa-apa. Terasa sulit untuk berbicara. Aku bahkan tak bisa melangkah. Seluruh tubuhku terasa sakit. Terutama hatiku. Aku lemah. Aku tak berdaya.

Sejak saat itu, aku menjalin komitmen dengannya. Komitmen untuk berteman. Kami merasa cocok satu sama lain. Aku lebih sering curhat dengannya. Mencurahkan semua isi hatiku bahkan tentang orang itu. Setiap hari aku bercerita tentang orang itu. Padahal aku termasuk tipe orang tertutup, yang tak suka menceritakan kehidupan pribadiku pada orang lain. Tapi aku merasa nyaman ketika aku berada di sampingnya. Pribadinya ramah dan terbuka, membuatku merasa sangat ingin berbagi dengannya. Malam ini, aku masih menceritakan semua perjalanan cintaku pada Eun Hyuk. Ia mendengarkan semuanya . Kami berdua ada di padang rumput dekat sungai. Kami berbaring disitu. Menikmati malam di tengah musim semi yang gelap diantara bintang dan bulan yang bersinar penuh diatas mata kami.

“ Soo Hye.. “. Eun Hyuk memanggilku pelan. Suaranya terbawa angin. Jauh.
“ Hmm..”.
“ Kau lihat bintang yang paling besar itu, bintang yang paling bersinar ? “.
“ Ya, aku melihatnya. Cantik . Sangat cantik“.
“ Secantik dirimu “.
“ Hahahaha.. Gombal sekali , kau tak pernah tulus mengatakan itu “. Aku tertawa pelan mendengarnya.
“ Kali ini aku jujur mengatakannya “.

Aku terdiam. Tak menjawab perkataannya. Melihat bintang itu lebih dalam lagi. Angin malam melewati wajahku. Membangkitkan rasa kantukku.

“ Soo Hye “.
“ Ya.. “. Aku menjawabnya lembut, tanpa menoleh kearahnya.
“ Kau mengantuk ?? “.
“ Mm..lumayan, kenapa bertanya ? “.
“ Kau bisa tidur di sini, aku akan menjagamu “. Sontak aku menoleh ke arahnya. Ia tersenyum memandangku. Aku balas tersenyum. Aku menutup mata, mencoba untuk tidur. Aku percaya dia akan menjagaku. Aku tidur nyenyak malam ini.

“ Soo Hye, kau masih mengingat dirinya ? “. Eun Hyuk bertanya ragu padaku. Aku masih bergeming, menatap kosong ke luar jendela. Hujan masih deras. Aku menghela nafas. “ Kau tahu, dia takkan tergantikan oleh siapapun “. Aku menjawab enggan. Enggan membuka luka lama itu lagi. Kulihat perubahan air muka Eun Hyuk. “ Takkan tergantikan ? Walaupun orang itu sangat mencintaimu ? “. Tanyanya lagi, kini mulai serius. Aku menatap mata cokelatnya. Sinarnya meredup. “ Entahlah, aku belum menemukan jawabannya. Hatiku menggantung “. Jawabku melemah.Atmosfir berubah hening. Eun Hyuk menyentuh lenganku. Aku melihatnya, ia tersenyum. “ Boleh aku mengambil hatimu ? Melepasnya dari ketergantunganmu ? “. Ia bertanya dengan tulus. Aku tahu itu. Aku dapat merasakannya. Sekali lagi, aku menghela nafas. “ Bagaimana caranya ? “. Tanyaku penasaran. “ Kau hanya meyakinkan dirimu, bahwa kau bisa mereplace orang itu “. Ia berkata lagi. Kali ini penuh harap. Aku menggeleng cepat. “ Terlalu sakit untuk melakukannya, aku tak bisa “. Ucapku tegas. Eun Hyuk terkejut mendengar nada tegas dari mulutku. “ Benarkah ? Kau tak bisa ? Baiklah aku yang akan melakukannya “. Kata-kata Eun Hyuk benar-benar membuatku kaget. Benarkah dia akan membantuku ? Selama ini dia hanya tempat curhatku. Apa dia benar-benar bisa mengerti apa yang kupikirkan ?. Aku tak menjawab. Aku benar-benar tidak tahu, bagaimana ia bisa melakukan itu.

Sejak hari itu, aku sama sekali tak punya waktu kosong. Selalu ada saja ide Eun Hyuk membawaku ke berbagai tempat. Tempat favorit kami, ya padang rumput. Kami sering menghabiskan waktu bersama. Kadang – kadang ia datang ke apartemenku. Menemaniku seharian disana. Kadang-kadang pula, aku main ke rumahnya. Bertemu dengan kakak perempuannya. Lee Sora. Aku merasa cocok dengan Lee Sora. Ia sudah kuanggap sebagai kakakku sendiri. Tepatnya, pengganti kakakku. Aku di Seoul hidup sendiri. Kedua orangtua ku ada di Busan, mereka memang tinggal disana. Kakakku ? Dia sudah meninggal 6 tahun yang lalu. Kecelakaan pesawat. Aku tak menangis ketika menghadiri pemakamannya. Aku tak tahu kenapa. Aku merasa aku terlalu jahat dengannya. Aku egois. Aku memaksanya untuk pulang ke Busan. Dan, karena itu.. ia pergi. Keluarga yang dimiliki Eun Hyuk memang terlalu sempurna. Aku menganggap mereka seperti keluargaku sendiri. Tak jarang, mereka mengundangku untuk menghadiri acara keluarga mereka, dan aku selalu ditempatkan sebagai adik Eun Hyuk. Aku bahagia karena itu. Sikap Eun Hyuk pun berubah drastis. Ia lebih perhatian padaku. Lebih protektif kepadaku. Ia lebih peduli padaku. Dia selalu ada di saat aku membutuhkan. Menyemangatiku ketika aku mulai bersedih dan jatuh lagi. Dia memang teman terbaikku. Tapi apakah dia akan tetap menjadi temanku ?? Melihatnya begitu peduli, seakan-akan ia punya cinta yang besar untukku ? Apa yang harus aku lakukan, apabila ia benar menyimpan perasaannya padaku ? Haruskah aku menolaknya ? Aku tak mau membuatnya sakit hati. Dia adalah teman terbaik yang pernah kupunya. Aku tak mau ia meninggalkanku. Dia terlalu berharga untukku.

Hatiku, Jiwaku, Jantungku, Mataku, Bibirku, Otakku Bahkan tak menyadari bahwa aku mulai mencintainya.. Dan cinta itu membuatku tersiksa, saat dia menghilang dari kehidupanku.

To Be Continued..

"I'm sorry this ff is not using English, but i try to make into it"

No comments:

Post a Comment